Oleh:
Risa Putrid Wulandari
A.
Integrasi
TIK dalam belajar
Dewasa ini, proses pembelajaran yang ada di sekitar kita
tidak jauh-jauh dari perkembangan teknologi, mulai dari mobile phone, note
book, televisi, dan lain sebagainya. Hal ini karena memang pengaruh
teknologi sangat besar dan tidak bisa kita pungkiri bahwa kita membutuhkan
teknologi dalam dunia pendidikan. Jika merunut pada salah satu prinsip
kurikulum pendidikan yaitu harus relevan dengan perkembangan IPTEK,
karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang tiap saat. Maka
TIK tidak bisa kita nafi kan sebagai sumber belajar.
Menggunakan
TIK secara efektif di dalam kelas bukanlah menyangkut tentang menjalankan
sebuah teknologi sampai bekerja. Penggunaan TIK bukanlah apa yang kita gunakan
tetapi yang penting adalah bagaimana dan kapan kita menggunakannya. Menggunakan TIK dalam setiap belajar akan
memacu inovasi. Inovasi adalah menciptakan sesuatu yang menarik, memikat,
merangsang pemikiran, dan menyenangkan. Salah satu kelebihan penggunaan TIK
adalah kemampuannya dalam meracik sebuah pelajaran yang memperdalam pemahaman
siswa akan konsep dan ide, serta memberikan kepada mereka pengalaman-pengalaman
yang baru dan menimbulkan rasa haus akan pengetahuan di seluruh kelas. Berdasarkan
banyak penelitian, penggunaan TIK di dalam kelas mempengaruhi penguasaan
dan motivasi siswa.
B.
Pengaruh TIK dalam Pembelajaran:
Ø Membuka cakrawala baru dalam
kegiatan belajar dan mengajar. Mengajar menggunakan TIK memberikan semangat
baru dalam pengajaran, mengadopsi pendekatan yang baru, mengumpulkan berbagai
ide dan konsep, serta mengembangkan kecakapan-kecapakan yang baru.
Ø Membantu memacu dan mendorong siswa.
Menggunakan TIK secara interaktif membantu meningkatkan kepercayaan diri,
meningkatkan perhatian siswa akan pelajaran, serta membantu membentuk perilaku
siswa.
Ø Mempersiapkan siswa untuk memasuki
dunia kerja, karena saat ini sulit sekali menemukan sebuah pekerjaan yang tidak
tersentuh oleh TIK.
Ø Membantu sekolah untuk memaksimalkan
sumber daya yang ada, membantu untuk menghemat uang dan waktu dengan
memaksimalkan dampak yang terjadi akibat penggunaan TIK, membantu mengurangi
beban dalam persiapan, perencanaan dan pengayaan. Dengan mudah guru dapat
melihat kembali pekerjaan-pekerjaan yang sudah dilakukan, serta menganalisis
perkembangan siswa dengan cepat
Ø Leluasa. Maksudnya adalah belajar
dan mengajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam berbagai tingkatan,
kemampuan dan gaya belajar siswa. TIK memberikan kebebasan bagi siswa untuk
mengatur cara belajar mereka, dan dengan cara yang paling sesuai menurut tipe
belajar masing-masing. Siswa memiliki akses ke berbagai sumber pengetahuan;
baik itu materi maupun orang/ahli. Dengan demikian siswa mampu memiliki
pengalaman personal dimana mereka memilih cara belajar seperti apa yang mereka
lebih sukai.
Ø Kapanpun dan dimanapun. Dengan
menggunakan TIK, siswa tidak perlu tertinggal pelajaran jika tidak dapat
menghadiri sebuah kelas, siswa sekarang mempunyai akses untuk belajar kapanpun
dan dimanapun mereka sukai.
Ø Pembelajaran Aktif. pembelajaran
tidak lagi bersifat pasif, yakni siswa duduk di depan guru dan “learning by
telling”, penggunaan TIK secara efektif mampu membuat pembelajaran menjadi
aktif. Penekanannya adalah interaktif atau “learning by doing”.
Ø Komunitas Online. Belajar adalah
aktifitas sosial, dengan penggunaan TIK pembelajaran yang maksimal dan tahan
lama dapat dicapai dengan bergabung bersama komunitas online dan jaringan.
Siswa didorong untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi pengetahuan. TIK
mendorong pembelajaran melalui refleksi dan diskusi.
C.
Integrasi
TIK dalam pembelajaran
Apa yang Dimaksud dengan Mengintegrasikan
TIK ke dalam proses pembelajaran?
Mari
kita bandingkan dua kalimat berikut! ”Learning to Use ICTs vs Using ICTs to
Learn”. Secara sederhana, mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran
sama maknanya dengan menggunakan TIK untuk belajar (using ICTs to learn)
sebagai lawan dari belajar menggunakan TIK (learning to use ICTs). Belajar
menggunakan TIK mengandung makna bahwa TIK masih dijadikan sebagai obyek
belajar atau mata pelajaran. UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK. dalam
pembelajaran kedalam empat tahap sebagai berikut:
a. Tahap emerging: baru menyadari akan
pentingnya TIK untuk pembelajaran dan belum berupaya untuk menerapkannya.
b. Tahap applying: satu langkah lebih
maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata
pelajaran).
c. Pada tahap integrating: TIK telah
diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran).
d. Tahap transforming: merupakan tahap
yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi
pendidikan. TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran
(instructional purpose) maupun untuk administrasi.
Apa yang terjadi dalam praktek
pembelajaran di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, TIK masih
dijadikan sebagai obyek atau mata pelajaran. Sebagian besar, TIK masih
dijadikan sebagai obyek belajar atau mata pelajaran di sekolah-sekolah. Bahkan
di tingkat perguruan tinggi atau akademi, banyak dibuka program studi yang
berkaitan dengan TIK, seperti teknik informatika, manajemen informatika, teknik
komputer, dan lain- lain.
Tahun 2020 Indonesia akan memasuki
era perdagangan bebas (AFTA). Pada masa itu, masyarakat Indonesia harus
memiliki ICT literacy yang mumpuni dan kemampuan menggunakannya untuk
meningkatkan produktifitas (knowledge-based society). Pengintegrasian TIK ke
dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan ICT literacy membangun
karakteristik masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) pada
diri siswa, disamping dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran itu sendiri. UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian
TIK ke dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama:
Ø Untuk membangun ”knowledge-based
society habits” seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving),
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengelola informasi,
mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada orang
lain;
Ø Untuk mengembangkan keterampilan
menggunakan TIK (ICT literacy); dan
Ø Untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi proses pembelajaran.
D. Bagaimana Mengintegrasikan TIK ke dalam Proses
Pembelajaran?
Dari
sisi pendekatan, Fryer (2001) menyarankan dua pendekatan yang dapat dilakukan
guru ketika merencanakan pembelajaran yang mengintegrasikan TIK, yaitu:
a.
Pendekatan
Topik (Theme-Centered Approach), Pada pendekatan ini, topik atau satuan
pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang dilakukan
adalah:
Ø menentukan topik.
Ø menentukan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
Ø menentukan aktivitas pembelajaran
dan software (seperti modul. LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar
on-line di internet, dll) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut.
b.
Pendekatan
Software (Software-centered Approach), menganut langkah yang sebaliknya.
Langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi software (seperti bku, modul,
LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll)
yang ada atau dimiliki terlebih dahulu. Kemudian menyesuaikan dengan topik dan
tujuan pembelajaran yang relevan dengan software yang ada tersebut. Sebagai
contoh, karena di sekolah hanya ada beberapa VCD atau mungkin CD- ROM tertentu
yang relevan untuk suatu topik tertentu, maka guru merencanakan pengintegrasian
software tersebut untuk mengajar hanya topic tertentu. Topik yang lain terpaksa
dilaksanakan dengan cara konvensional.
E.
Hambatan
Dalam Mengintegrasikan TIK Ke Dalam Proses Pembelajaran
Ø Ada beberapa hambatan yang perlu
digaris bawahi berkaitan dengan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran. Hambatan-
hambatan tersebut diantaranya adalah: Penolakan/keengganan untuk berubah
(resistancy to change), khususnya dari policy maker (kepala sekolah dan guru).
Ø Kesiapan SDM (ICT literacy dan kompetensi
guru).
Ø Ketersedian fasilitas TIK.
Ø Ketersediaan bahan belajar berbasis
aneka sumber.
Ø Keberlangsungan (sustainability)
karena keterbatasan dana.
F. Kesimpulan
Di era globalisasi ini, proses belajar dan
pembelajaran tidak luput dari perkembangan teknologi. Hal ini dikarenakan
pengaruh teknologi sangat besar dan tidak bisa dipungkiri bahwa kita
membutuhkan teknologi dalam dunia pendidikan. Berdasarkan penelitian,
penggunaan TIK di dalam kelas mempengaruhi penguasaan dan motivasi siswa.
Namun, tidak menutup kemungkinan ada hambatan dalam mengintegrasikan TIK dalam
proses pembelajaran, seperti kesiapan SDM (Sumber Daya Manusia). (sumber : Kel
5 PTKI TP UNJ'12)
G.
Pemetaan
Model Integrasi TIK ke Belajar dan Mengajar
Dalam konteks belajar mengajar dan
kaitannya dengan keempat tahap yang disebutkan sebelumnya, terdapat pula 4
tahap yang berkaitan dengan bagaimana guru dan peserta didik mempelajari dan
menemukan percaya diri mereka dalam menggunakan TIK. Keempat tahap tersebut
adalah menyadari (becoming aware of ICT), belajar bagaimana (learning
how to use ICT), mengerti bagaimana dan kapan (understanding how and
when to use ICT), dan menjadi ahli (specializing in the use of ICT)
dalam penggunaan TIK. Berikut ini adalah ilustrasi keempat tahap tersebut:
Model
Tahapan Pembelajaran dengan TIK (UNESCO)
Pada tahap pertama, guru dan siswa baru mencoba mengenali
fungsi dan kegunaan perangkat TIK. Tahap ini berkaitan dengan tahap emerging,
yang menekankan pada kemelekan TIK (ICT literacy) dan keterampilan
dasar. Tahap selanjutnya, belajar bagaimana menggunakan perangkat TIK,
menekankan pada bagaimana memanfaatkan perangkat-perangkat TIK tersebut dalam
berbagai disiplin. Tahap ini meliputi penggunaan aplikasi umum dan khusus TIK,
dan berkaitan dengan tahap applying. Tahap ketiga mengacu pada pemahaman
bagaimana dan kapan menggunakan perangkat TIK untuk mencapai tujuan tertentu,
seperti menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Ini menekankan pada kemampuan
membaca situasi kapan TIK dapat membantu, memilih perangkat yang sesuai untuk
tugas tertentu, dan menggunakan perangkat ini untuk memecahkan masalah yang
sebenarnya. Tahap ini berkaitan dengan tahap infusing dan transforming
dalam hal pengembangan TIK. Tahap keempat mengacu pada bagaimana menjadi ahli
dalam penggunaan perangkat TIK. Pada tahap ini, siswa mempelajari TIK sebagai mata
pelajaran yang membawa mereka untuk menjadi ahli. Hal ini lebih mengarah kepada
pendidikan kejuruan atau profesional dan berbeda dengan tahap sebelumnya.
Yang seharusnya terjadi adalah
sambil belajar tentang TIK (learning about ICT), siswa juga belajar
dengan menggunakan atau melalui TIK (learning with and or through ICT)
dan guru mengajar dengan menggunakan atau melalui TIK (teaching with and
through ICT). Ingat,
yang dimaksud dengan TIK tidak hanya komputer dan internet tapi segala jenis
media informasi dan komunikasi lainnya. Dalam konteks kemampuan menggunakan TIK
di masyarakat, UNESCO mengemukakan beberapa alasan untuk mengembangkan
penggunaan TIK dalam sistem pendidikan, yaitu:
- untuk mengembangkan atribut pengetahuan-masyarakat bagi siswa, termasuk pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi, kebiasaan belajar sepanjang hayat, dan kemampuan berfikir secara kritis, mengkomunikasikan dan mengkolaborasikan, mengakses, mengevaluasi dan mensintesis informasi
- untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi TIK pada diri siswa, sebagai bekal yang dapat digunakan untuk memanfaatkan TIK dalam duania kerja dan masyarakat,
- untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan, antara lain termasuk penggunaan TIK untuk meningkatkan efesiensi kegiatan administrasi dan pengajaran, mengatasi keterbatasan sumber bahan dalam bidang tertentu (misalnya kekurangan buku teks atau sumber belajar), mengatasi isu pemerataan melalui perluasan akses terhadap pengetahuan, sumber dan keahlian, atau bahkan membantu guru-guru yang mungkin kurang diperlengkapi dengan sumber belajar yang cukup.
Menutup tulisan ini, dalam paparan
Kemdikbud disebutkan bahwa Kurikulum 2013 menempatkan Bahasa Indonesia sebagai
penghela mata pelajaran lain (carrier of knowledge), bisa dipahami jika
kemudian bahasa indonesia jam pelajarannya ditambahkan. Seyogyanya TIK yang
salah duanya merupakan sarana dan media pembelajaran semua mata pelajaran di
kurikulum 2013 juga harus diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri untuk
mendukung pembelajaran berbasis TIK dan mengembangkan atribut pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi TIK bagi siswa seperti panduan yang dibuat UNESCO.
Sangat jelas panduan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan
PBB), bahwa tidak mengintegrasikan mata pelajaran, melainkan menggunakan
TIK untuk pembelajaran, dan TIK seharusnya diajarkan di sekolah di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Muatan dan kompetensi dasar mata
pelajaran TIK-lah yang selanjutnya dan seyogyanya diperbarui dan
mengajarkan sebagai TIK sains, literasi digital dan komputasi untuk membekali
siswa sebagai generasi yang memiliki kompetensi abad 21.
Setelah tulisan ini saya akan
menuliskan beberapa fakta terkait kebijakan mata pelajaran TIK dari berbagai
negara di belahan dunia. Dan sesuai dengan perkembangan TIK saat ini
negara-negara tersebut sudah mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran di
kurikulum nasional-nya (pembelajaran berbasis TIK) dan tetap ada mata pelajaran
TIK di kurikulumnya meskipun dengan nama yang berbeda (beberapa diantaranya
adalah: ICT, Computing, Computer Science, Literacy Digital, Technology
Digital, ICT Literacy, dan sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
- ICT Transforming Education: A Regional Guide. http://www.unesco.org/new/en/communication-and-information/resources/publications-and-communication-materials/publications/full-list/ict-transforming-education-a-regional-guide/DIUNDUHTANGGAL16NOV2014
- UNESCO Office in Bangkok: ICT in Education. http://www.unescobkk.org/education/ict/
- Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan. http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdfdiunduhtanggal16nov2014
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Kurikulum 2013.
- Integrasi Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi, Mungkinkah? (Ani Nur Hidayati). http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=284#sthash.TqY5UtfI.dpuf
- Materi Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) untuk Kepala Sekolah tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Manajemen. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007.
- Kebijakan TIK dalam Kurikulum 2013 bagian 1. http://video.kemdikbud.go.id/video/play/kebijakan-tik-dalam-kurikulum-2013-bagian-1
- Kebijakan TIK dalam Kurikulum 2013 bagian 2. http://video.kemdikbud.go.id/video/play/kebijakan-tik-dalam-kurikulum-2013-bagian-2