Oleh: Sifa Altika
Buku ajar biasaya tersusun dari
beberapa bab. Secara umum format buku ajar dalam satu bab terdiri atas: bagiqan
pendahuluan, bagian isi/ penyajian, dan bagian penutup.Dengan melihat format
penulisan buku ajar, diawali dengan tinjauan umum mata kuliah; kemudian diikuti
dengan penyajian bab perbab.
Bagian
pendahuluan sebagian Nampak pada gambar di atas, bagian pendahuluan ini
mencakup ketentuan-ketentuan bab dan judul bab, tujuan pembelajaran yang ini
dicapai oleh pebelajar dan dapat purlu ditambah dengan rangkuman.
Bagian
isi atau penyajian bagian
isi atau penyajian ini merupakan penulisan isi naskah secara detail, yang
mencakup keseluruhan isi secara sequensif dan koheren. Sequensif dalam arti
paparan isi naskah secara runtut kronologis dan sistematis. Sedangkan koheren
dimaksudkan paparan isi naskah secara sinergis dan satu komponen dengan
komponen isi yang lain sealing berhubungan , bersyarat secara fungsional.
Misalnya uraian tentang “ media” menjadi pijakan untuk menguraikan definisi “
media pembelajaran” Jadi, uraian
terdahulu menjadi pijakan dari uraian yang kemudian, begitu seterusnya.
Bagian
penutu bagian
penutup ini mencakup rangkuman (bila diletakkan di bagian penutup), petunjuk
kegiatan pembelajaran, diskusi, kunci jawaban, daftar pustaka dan senarai.
Rangkuman selain dapat diletakkan pada bagian pendahuluan sebagai isi naskah/
taks, juga dapat diletakkan pada bagian penutup setelah isi naskah. Peletakan
rangkuman dibagian penutup ini berfungsi sebagai bahan konklusi atau simpulan
dari rincian naskah didepan. Dalam posisi ini, rangkuman dapat meningkatkan
daya retensi pembelajaran terhadap isi naskah yang dibacanya.
2. Cara Penyusunan
Naskah / Task Buku/ Bahan Ajar
Pada
dasarnya buku ajar dapat disusun denga lima cara, yaitu (1) menulis sendiri,
(2) pengemasan kembali informasi, (3) penataan informasi , (4) terjemahan dan
(5) saduran.
1) Cara pertama: naskah (taks)
buku ajar ditulis sendiri berdasarkan pengalaman mengajar selama
bertahun-tahun. Cara ini lah yang tingkatnya paling tinggi, tetapi jarang yang
sepenuhnya mendasarkan pada pengalaman pribadi.
2) Cara kedua: naskah bahan
ajar disusun dengan mengemas kembali informasi-informasi yang telah berhasil di
kumpulkan. Dalam teknik ini biasanya penulis banyak merujuk pendapat-pendapat
dari berbagai tokoh disiplin ilmu yang relevan yang di ambilnya dari berbagai
sumber referensi/pustaka. Teknik ini sangat sering dilakukan oleh kebanyakan
penulis.
3) Cara ketiga: naskah buku
panduan praktik merupakan hasil penataan ulang atau rekonstruksi. Salah satu
teknik yang digunakan dengan memfotokopi beberapa buku dan kemudian menatanya
kembali.
4) Cara keempat: naskah buku
panduan praktik bukan hasil penulisan sendiri berdasarkan pengalaman ataupun
hasil pengemasan dan penataan ulang, melainkan hasil terjemahan suatu buku
berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia
5) Cara kelima: penulisa
naskah dengan cara saduran ini, penyadur tidak diperbolehkan mengganti nama
pengerang ataupun tanpa
kejadian-kejadian contoh yag ada di dalam naskah aslinya. Meski demikian penyadur diperbolehka untuk
meresum beberapa uraian panjang pada
naskah aslinya dengan tanpa mengurangi makna yang terkandung di dalamnya.
Pada
praktiknya, kelima cara penulis buku panduan praktik tersebut secara terpadu
dilakukan oleh seoranga penulis. Terkadang seorang penulis melakukan dengan
menulis sendiri naskah-naskah tersebut berdasakan pengalaman dan persepsinya
sendiri, merujuk beberapa pendapat dari
berbagai pandangan dan beberapa ahli, dan terkadang menfoto copi gambar-gambar
dari buku-buku tertentu untuk bahan ilustrasinya.
Terkadang
naskah saduran, penyadur cenderung untuk mereduksi keterangan apa yang
dianggapnya terlalu berkepanjangan dengan mengubahnya menjadi uraian singkat
tanpa mengurangi maknanya.